Jumat, 04 Januari 2013

Agar Guru Menjadi Sukses ?KKG Braja Selebah/Sumadi

Tip Sukses Menjadi Guru Ala Gisele Glosser

Sebagai seorang guru, sungguh merupakan suatu kebanggaan sekaligus kebahagiaan apabila aktifitas belajar-mengajar yang dilaksanakan membuahkan keberhasilan. Demi sebuah keberhasilan itulah berbagai upaya senantiasa dilakukan oleh guru.
Adalah Akhmad Sudrajat, M.Pd yang telah menuangkan kembali, dengan berbagai penyesuaian, merekonstruksi lima belas tip mengajar bagi guru dari tulisan Gisele Glosser dalam sebuah artikel yang berjudul “Tips For New Math Teachers”. Kelima belas tips mengajar tersebut adalah :
  1. Berpikir kritis dan usaha yang jujur lebih penting daripada jawaban yang benar. Cobalah untuk tidak mengerutkan kening ketika siswa memberikan jawaban yang salah atau keliru. Mengerutkan kening seringkali ditafsirkan sebagai bahasa isyarat  penolakan yang dapat menghambat siswa untuk berpartisipasi dalam mengekspresikan pemikirannya.  .
  2. Tidak ada pengajaran tanpa pengendalian. Lebih baik Anda bersusah payah pada hari-hari awal masuk sekolah untuk menemukan cara-cara terbaik dalam mengelola kelas dan mendisiplinkan siswa,  daripada Anda harus melakukan perjuangan berat sepanjang semester karena Anda tidak berhasil menemukan cara yang paling efektif dalam pengelolaan kelas.
  3. Kadang-kadang hal terbaik untuk dilakukan adalah berhenti berbicara. Jika terjadi kebisingan di kelas, Anda tidak perlu berteriak-teriak meminta para siswa agar berhenti gaduh. Cobalah Anda berdiri di depan kelas dengan tanpa mengeluarkan sepatah kata pun, kemudian tataplah mereka (khususnya siswa yang menjadi sumber keributan) dengan tetap tanpa menunjukkan  ekspresi  marah.
  4. Cobalah lakukan kegiatan yang bervariasi dari waktu ke waktu. Dalam proses pembelajaran rutinitas dan terstruktur memang hal yang baik, tapi apabila hal ini terlalu banyak dilakukan dapat menyebabkan Anda dan kelas Anda jatuh terjerembab ke dalam suatu kebiasaan yang membosankan.
  5. Mendorong siswa untuk bepartisipasi aktif. Berikan kesempatan kepada setiap siswa untuk tampil di depan kelas atau mempersilahkan mereka untuk bekerja dalam kelompok. Sedapat mungkin hindari pembelajaran yang  berpusat pada guru untuk sepanjang tahun.
  6. Cobalah untuk bersikap fleksibel. Misalnya, pada saat berlangsung proses pembelajaran di kelas, Anda punya aturan ketat terhadap siswa tentang permen karet. Tetapi mungkin Anda  dapat memejamkan mata untuk hal ini  ketika siswa sedang menghadapi ujian.
  7. Cobalah uraikan secara jelas topik-topik apa yang akan diujikan. Anda tidak hanya cukup dengan mengatakan dan menyuruh siswa “Minggu depan ulangan, silahkan Pelajari Bab 6!”. Perintah dan penugasan semacam ini akan dirasakan membingungkan, terutama bagi para siswa yang kurang memiliki keterampilan belajar.
  8. Meminta dukungan manajemen. Adalah penting untuk mendapatkan dukungan dari manajemen ketika Anda berhadapan dengan isu-isu sulit, terkait dengan proses pembelajaran yang  Anda lakukan. Misalnya, meminta dukungan untuk mengadakan konferensi dengan para orang tua siswa yang  mengalami kesulitan dalam belajar.
  9. Berikan siswa kesempatan untuk mengikuti ujian. Jika seorang siswa selalu hadir dalam setiap pertemuan di kelas, namun karena satu dan lain hal dia tidak bisa hadir pada hari ujian, Anda seyogyanya dapat  memberikan kesempatan kepadanya untuk mengikuti ujian susulan dan  jangan membiarkannya lebih dari satu atau dua hari.
  10. Gunakan teknik “Front Loading”.  Para siswa cenderung lebih  termotivasi untuk belajar pada awal masuk sekolah. Pada awal masuk sekolah, selain diajak meninjau kembali materi pada semester sebelumnya,  secara garis besarnya siswa juga diajak untuk mengenal topik-topik  yang  hendak dipelajarinya selama satu semester ke depan
  11. Ajarkan para siswa untuk memiliki keterampilan memecahkan masalah. Ketika siswa Anda memasuki dunia kerja atau terjun ke masyarakat, sudah pasti dia  akan banyak berhadapan dengan berbagai masalah yang harus dia selesaikan dengan baik. Melalui pembelajaran yang Anda lakukan diharapkan para siswa akan terbiasa  dan terampil  dalam memecahkan aneka masalah yang dihadapinya..
  12. Berikan penghargaan atas setiap hasil dan usaha belajar mereka. Penghargaan yang Anda berikan akan memberikan motivasi kepada para siswa untuk mengerjakan sesuatu lebih baik lagi
  13. Lakukanlah yang terbaik dari diri Anda dan  bersikap adillah  kepada seluruh siswa, maka Anda akan mendapatkan rasa hormat dari mereka. Krisis kepercayaan kepada guru  seringkali bersumber dari ketidaksanggupan untuk menampilkan yang terbaik kepada siswanya.
  14. Motivator terbaik adalah menghubungkan pembelajaran dengan dunia nyata. Jangan lepaskan pembelajaran dari dunia nyata siswa, belajarkanlah mereka hal-hal yang berhubungan dan menyentuh langsung kehidupan mereka  Misalkan guru Matematika ketika sedang membelajarkan tentang sistem metrik, mintalah kepada siswa membawa kertas karton kosong dan botol-botol dari dapur mereka,  untuk dijadikan sebagai media pembelajaran.
  15. Di sekolah-sekolah tertentu, adakalanya siswa dikelompokkan berdasarkan kemampuan (kelas unggulan). Hal ini membuat mereka lebih menonjol dibandingkan peserta lainnya. Di satu sisi, cara ini dapat memberikan  kemudahan bagi guru untuk memberikan pelayanan pembelajaran secara homogen, namun di sisi lain juga dapat menimbulkan kecemburuan sosial.

Sususnan Pengurus KKG Guru Kelas Kecamatan Braja Selebah


SUSUNAN PENGURUS KKG “GURU KELAS”
KECAMATAN BRAJA SELEBAH KABUPATEN LAMPUNG TIMUR
PERIODE 2012-2013


Dewan Penasehat                   : KPD Dikpora Braja Selebah
Dewan Pembina/Pengaeah    : Pengawas TK/SD
Ketua                                       : Drs.Moh Suprapto
Wakil  Ketua                            : Sudarisman,S.Pd.SD
Sekretaris                                : F. Miranto,A.Ma.Pd
Bendahara                              : Tri Hidayatin,S.Pd.SD

1.      Ketua Bidang Perencanaan & Pelaksanaan Program            : Danial, A.Ma.Pd
2.      Ketua Bidang Pengembangan Organissi                                : Haryani,S.Pd
3.      Ketua Bidang Hubungan Masyarakat& Kerjasama    : Purnyoto,S.Pd.SD
4.      Koordinator Kelas I                 ; Atsani
5.      Koordinator Kelas II                : Suwarsih, S.Pd.SD
6.      Koordinator Kelas III               : Titin Sumarti,S.Pd.SD
7.      Koordinator Kelas IV               : Mugiyarni,A.ma.Pd
8.      Koordinator Kelas V                : Supardi,A.Ma.Pd
9.      Koordinator Kelas VI               :Nengah Sasih, S.Pd.SD



Braja Harjosari, 26 Nopember 2012
                                                            Pengurus KKG Braja Selebah
            Ketua                                                                                       Sekretaris



            Drs.Moh Suprapto                                                                   F. Miranto,A.Ma.Pd
            NIP. 19600229 198303 1 006                                                  NIP. 19820920 200604 1 011

Penerapan metode Jigsaw


Metode  jigsaw adalah teknik pembelajaran kooperatif di mana siswa, bukan guru, yang memiliki tanggung jawab lebih besar dalam melaksanakan pembelajaran. Tujuan dari jigsaw ini adalah mengembangkan kerja tim, ketrampilan belajar kooperatif, dan menguasai pengetahuan secara mendalam yang tidak mungkin diperoleh apabila mereka mencoba untuk mempelajari semua materi sendirian.
jigsawSetiap siswa yang ada di “kelompok awal” mengkhususkan diri pada satu bagian dari sebuah unit pembelajaran. Para siswa kemudian bertemu dengan anggota kelompok lain yang ditugaskan untuk mengerjakan bagian yang lain, dan setelah menguasai materi lainnya ini mereka akan pulang ke kelompok awal mereka dan menginformasikan materi tersebut ke anggota lainnya.
Semua siswa dalam “kelompok awal” telah membaca materi yang sama dan mereka bertemu serta mendiskusikannya untuk memastikan pemahaman.
Mereka kemudian berpindah ke “kelompok jigsaw” – dimana anggotanya berasal dari kelompok lain yang telah membaca bagian tugas yang berbeda. Dalam kelompok-kelompok ini mereka berbagi pengetahuan dengan anggota kelompok lain dan mempelajari materi-materi yang baru.
Setelah menguasai materi baru ini, semua siswa pulang ke “kelompok awal” dan setiap anggota berbagi pengetahuan yang baru mereka pelajari dalam kelompok “jigsaw.” Seperti dalam “jigsaw puzzle” (teka-teki potongan gambar), setiap potongan gambar – analogi dari setiap bagian pengetahuan – adalah penting untuk penyelesaian dan pemahaman utuh dari hasil akhir
Jigsaw adalah teknik pembelajaran aktif yang biasa digunakan karena teknik ini mempertahankan tingkat tanggung jawab pribadi yang tinggi.
Fasilitator dapat mengatur strategi jigsaw dengan dua cara:
Pengelompokkan Homogen
Instruksi: Kelompokkan para peserta yang memiliki kartu nomor yang sama. Misalnya, para pe­serta akan diorganisir ke dalam kelompok diskusi berdasarkan apa yang mereka baca. Oleh karena itu, semua peserta yang membaca Bab 1, Bab 2, dst, akan ditempatkan di kelompok yang sama.
Sediakanlah empat kertas lipat, lipatlah masing-masing menjadi dua menjadi papan nama, berilah nomor 1 sampai 4 dan letakkanlah di atas meja.
Kelebihan: Pengelompokan semacam ini memungkinkan peserta berbagi perspektif yang ber­beda tantang bacaan yang sama, yang secara potensial diakibatkan oleh pemahaman yang lebih mendalam terhadap salah satu bab. Potensi yang lebih besar untuk memunculkan proses analisis daripada hanya sekedar narasi sederhana.
Kelemahan: fokusnya sempit (satu bab) dan kemungkinan akan berlebihan.
Pengelompokkan Hiterogen
Instruksi: Tempatkan para peserta yang memiliki nomor yang berbeda-beda untuk duduk ber­sama. Misalnya, setiap kelompok diskusi kemungkinan akan terdiri atas 4 individu: satu yang telah membaca Bab 1, satu yang telah membaca Bab 2, dsb.
Sediakanlah empat kertas lipat, lipatlah masing-masing menjadi dua menjadi papan nama, berilah nomor 1 sampai 4 dan letakkanlah di setiap meja. Biarkan para peserta mencari tempatnya sendiri sesuai bab yang telah mereka baca berdasarkan “siapa cepat ia dapat”.
Kelebihan: Memungkinkan “peer instruction” dan pengumpulan pengetahuan, memberikan pe­serta informasi dari bab-bab yang tidak mereka baca.
Kelemahan: Apabila satu peserta tidak membaca tugasnya, informasi tersebut tidak dapat dibagi/ didiskusikan. Potensi untuk pembelajaran yang naratif (bukan interpretatif) dalam berbagi infor­masi.

Meningkatkan Minat dan Motivasi Belajar Siswa pada Pembelajaran Matematika melalui Penanaman Konsep dan Frekwensi Latihan


Meningkatkan Minat dan Motivasi Belajar Siswa pada Pembelajaran Matematika melalui Penanaman Konsep dan Frekwensi Latihan

Minat adalah perasaan tertarik dan keterkaitan pada sesuatu hal atau aktifitas tanpa ada yang menyuruh. Minat pada dasrnya adalah penerimaan suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu di luar diri. Makin kuat atau dekat hubungan tersebut makin kuat dan makin besar minatnya (Tim Pengembang MKDK Semarang, 1989 : 156)
Antara minat dan perhatian terdapat perbedaan mendasar, namun saling melengkapi. Minat lebih bersifat tetap, sedangkan perhatian bersifat temporer (sementara). Antara minat perhatian terdapat hubungan saling mempengaruhi secara timbale balik. Artinya perhatian yang diperkuat secara terus menerus dapat menjadi minat. Hal yang diminati seseorang pasti menarik perhatiannya (Depdikbud, 1994 : 2).
Motivasi berasal dari kata motiv yaitu segala sesuatu yang mendorong seseorang untuk bertindak melakukan sesuatu (Ngalim Purwanto, 1997 : 60). Motiv merupakan suatu pernyataan yang kompleks di dalam suatu organisme yang mengarahkan tingkah laku atau perbuatan ke suatu tujuan atau perangsang.
Pengertian motiv dan motivasi sukar dibedakan secarategas, sehingga orang sering menggunakannya secara bergantian. Motiv lebih menunjuk padapada suatu dorongan yang timbul dalam diri seseorang yang menyebabkan orang tersebut mau bertindak melakukan sesuatu. Sedangkan motivasi adalah suatu usaha yang disadari untuk mempengaruhi tingkah laku seseorang agar ia tergerak hatinya untuk bertindak melakukan sesuatu sehingga mencapai hasil atau tujuan tertentu.
Antara minat dan motivasi terdapat hubungan yang erat. Jika seseorang memiliki motivasi terhadap sesuatu maka akan timbul minatnya terhadap sesuatu tersebut. Maka selanjutnya peneliti menggunakan (memakai) minat dan motivasi secara bersamaan.
Minat dan motivasi belajar siswa dapat ditingkatkan melalui kegiatan pembelajaran yang menarik dan menyenangkan. Diantaranya melalui penanaman konsep materi pembelajaran yang tepat, memberi peluang/kesempatan siswa terlibat secara aktif dan kretif dalam kegiatan pembelajaran, dan latihan yang dilakukan secara berulang-ulang.
Prestasi adalah hasil (kemampuan) yang diperoleh seseorang atas sesuatu. Ruang lingkup prestasi meliputi aspek pengetahuan, sikap, dan psikomotor. Prestasi tersebut dapat dilihat setelah dilakukan pengujian (penilaian) terhadap suatu kemampuan.
Belajar adalah sustu bentuk perubahan dalam diri seseorang yang dinyatakan dalam cara-cara bertingkah laku yang baru berkat pengalaman dan latihan. Tingkah laku yang baru itu misalnya tingkah laku yang tidak tahu menjadi tahu, timbulnya pengertian baru, perubahan dalam sikap, kebiasaan-kebiasaan, keterampilan, kesanggupan menghargai, serta pertumbuhan jasmani (Ngalim Purwanto, 1997 : 85)
Prestasi belajar merupakan hasil (kemampuan) seseorang (yang diperoleh) sebagai hasil dari belajar yang dipengaruhi oleh berbagai factor. Faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar dapat digambarkan dengan skema berikut ini :


https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEit5Hq4Sa9REAjrfx9H2vHEYachru-w-r5CVpREnronst_q62DAmDFF6aLdFfVFojoE-jsxrQmGxUP7Vyj3ZeobX8ayHvlNbAJ8DqFNe4Tyjjh49ZhZ5M72zfn1l660C5o1ymX_CoaI5tQz/s400/chat+motivasi.jpg
Prestasi belajar siswa dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu faktor dari luar dan dari dalam diri siswa. Faktor dari dalam diri siswa diantaranya adalah faktor psikologis. Ketika siswa memiliki minat dan motivasi yang cukup tinggi akan mempengaruhi proses pengajaran dan pembelajaran. Pengaruh itu menyebabkan prestasi belajar yang diraih siswa akan memuaskan.
Dalam pembelajaran matematika perlu diterapkan konsep-konsep yang tepat untuk memberikan respon positif terhadap materi. Menurut Dahar (Hera Lestari Mikarsa, 2007 : 6.11) konsep-konsep itu menyediakan skema-skema terorganisir untuk mengasimilasikan stimulus-stimulus baru, dan untuk menentukan hubungan didalam dan antara kategori-kategori.
Jika dipahami secara mendalam konsep-konsep yang ada didalam struktur kognitif, individu merupakan hasil yang diperoleh, dan dijadikan dasar oleh seseorang dalam memecahkan masalah. Dalam hal ini bagaimana siswa menafsirkan atau menerjemahkan soal menggunakan faktorisasi prima untuk menentukan FPB dan KPK sampai 3 bilangan. Flavell (Hera Lestari Mikarsa, 2007 : 6.11) mengemukakan tujuh dimensi konsep yaitu : (1) atribut, (2) struktur, (3) keabstrakan, (4) keinklusifan, (5) generalisasi, (6) ketetapan, (7) kekuatan atau power.
Menurut pendapat Ausabel (Hera Lestari Mikarsa, 2007 : 6.12) individu memperoleh konsep-konsep melalui dua cara yaitu melalui formasi konsep dan asimilasi konsep. Formasi konsep diperoleh individu sebelum ia masuk sekolah. Karena proses perkembangan konsep-konsep semasa kecil termodifikasi oleh pengalaman-pengalaman sepanjang perkembangan individu. Sedangkan asimilasi konsep terjadi setelah anak bersekolah. Asimilasi konsep secara deduktif, anak biasanya diberi atribut sehingga mereka belajar konseptual misalnya kumpulan binatang berkaki dua, anak akan berpikir ayam, bebek, burung dan lain-lainnya.
Klausmeier (Hera Lestari Mikarsa, 2007 : 6.12), mengemukakan empat tngkatan pencapaian konsep yaitu :
a.       Tingkat Kongkrit
Ditandai adanya pengenalan anak terhadap suatu benda yang pernah ia kenal.
b.       Tingkat Identitas
Seseorang telah mencapai tingkat ini yaitu jika ia mengenal sesuatu obyek setelah selang waktu tertentu.
c.    Tingkat Klasifikatori
Pada tingkatan ini anak sudah mampu mengenal persamaan dari suatu contoh yang berbeda dari kelas yang sama.
d.       Tingkat Formal
Anak sudah mampu membatasi suatu konsep dengan konsep yang lain.
Pembelajaran matematika memerlukan daya nalar yang baik untuk memahami suatu konsep yang diajarkan guru, namun anak memiliki keterbatasan. Seperti apa yang dikatakan Gibson dan Miteher (Hera Lestari Mikarsa, 2007 : 12.21) bahwa anak memiliki daya nalar yang belum sepenuhnya berkembang, memiliki daya konsentrasi yang masih terbatas pada jangka pendek, mudah memiliki sikap dan minat terhadap sesuatu.
Daya nalar yang baik berimplikasi pada daya serap memahami konsep dan pengajaran yang menekankan keterampilan menyelesaikan soal dan memecahkan masalah yang memerlukan kecerdasan . Hal ini diperkuat oleh pendapat Gatner (Hera Lestari Mikarsa, 2007 : 7.26) bahwa kecerdasan matematika logika adalah kapasitas menggunakan angka secara efektif.
Pengajaran hendaknya memberi kesempatan kepada anak untuk melakukan aktivitas dan bekerja sendiri. Asas bekerja sendiri ditujukan untuk membimbing anak ke arah berdiri sendiri atas tanggung jawab sendiri (Depdikbud, 1993 : 8) Ini berarti, anak dibina untuk percaya kepada diri sendiri, mampu mengatasi kesulitan-kesulitan dengan kemampuan sendiri, penuh inisiatif, kreatif dan berpikir kritis serta tanggung jawab.
Keaktifan dibagi atas rohani dan jasmani. Keaktifan rohani anak dapat dimunculkan dengan cara anak dibiasakan mencari, mencoba dan mendapatkan sendiri. Pancaindra, ingatan, fantasi, kecerdasan, perasaan, kemauan, harus selalu dilatihkan. Sedangkan keaktifan jasmani dapat dilatih dengan membiasakan anak mengukur sendiri, menggambar, memahat, memelihara sendiri, dan bergerak sesuai pendidikan jasmani.
Tugas yang diberikan sedikit menantang berdampak memacu respon yang berkualitas tinggi. Guthrie (Ngalim Purwanto, 1997 : 92) mengemukakan bahwa tingkah laku manusia itu secara keseluruhan dapat dipandang sebagai deretan-deretan tingkah laku yang terdiri dari unit-unit. Unit-unit tingkah laku ini merupakan reaksi atau respon sebelumnya, dan kemudian menimbulkan respon bagi unit tingkah laku yang berikutnya. Ulangan atau latihan  yang berkali-kali memperkuat asosiasi yang terdapat antara unit tingkah laku yang satu dengan tingkah laku yang berikutnya. Peningkatan frekwensi latihan dapat meningkatkan kemampuan dan keterampilan seseorang terhadap bidang latihan.
Menurut Kolb.1984 (Suciati, dkk, 2007 : 4.4) mengatakan bahwa pengetahuan diperoleh secara terus menerus dan diuji melalui pengalaman peserta didik. Dengan kata lain, belajar merupakan suatu proses yang berkesinambungan dan membawa implikasi yang berkesinambungan pula. Secara sederhana dapat dikemukakan bahwa semua proses belajar adalah belajar kembali.
Dengan mempertimbangkan dan merujuk pada beberapa pendapat di atas, disusunlah hipotesis tindakan sebagai berikut :
1)     Penanaman konsep yang tepat sesuai dengan karkteristik dan perkembangan kognitif siswa SD akan dapat meningkatkan minat dan motivasi belajar siswa.
2)   Pemberian kesempatan kepada siswa untuk bersama menyusun soal latihan akan mendorong rasa ingin tahu siswa dan dapat meningkatkan minat dan motivasi belajar siswa untuk memahami materi pembelajaran.
3)  Pemberian soal latihan secara berulang-ulang dapat meningkatkan ketrampilan siswa dalam mengerjakan soal.
4)    Peningkatan minat dan motivasi belajar siswa dapat dilihat dari peningkatan hasil belajar siswa.