Meningkatan minat dan prestasi belajar
siswa pada Mata Pelajaran IPA melalui penggunaan alat peraga kongkrit dan
Metode Eksperimen
Pendidikan adalah suatu kegiatan yang kompleks yang tidak bisa dipisahkan
dengan kegiatan pembelajaran (KBM) di dalam kelas. Pendidikan adalah proses
interaksi pendidik dan peserta didik untuk mencapai tujuan pembelajaran
tertentu. Inti dari proses pembelajaran tidak lain adalah kegiatan belajar
siswa dalam mencapai tujuan tersebut. KBM merupakan tindak pembelajaran
pendidik terhadap siswa. Proses belajar merupakan hal yang dialami oleh siswa
sebagai respon terhadap segala acara pembelajaran yang disiapkan oleh pendidik.
Belajar pada hakekatnya merupakan
proses yang aktif yang melibatkan panca indera atau fisik dan psikis kita agar
siswa mengalami proses belajar. Guru harus merancang pembelajaran yang membuat
siswa terlibat aktif (Asep Herry Hernawan dkk : 11.4). Dalam belajar
sebagai proses ada berbagai faktor yang mempengaruhi yaitu masukan mentah (raw
input) dalam hal ini siswa yang memiliki karakteristik tertentu baik fisiologis
(kondisi fisik, panca indera) maupun psikologis (minat, kecerdasan, bakat,
motivasi, kemampuan kognitif) dan instrumental input (kurikulum atau bahan
pelajaran, guru yang memberikan pengajaran, sarana dan fasilitas, serta
manajemen yang berlaku di sekolah yang bersangkutan) (Ngalim Purwanto : 107).
Dalam pembelajaran terjadi proses komunikasi yang timbal balik antara guru
dengan siswa dan siswa dengan siswa untuk mencapai tujuan yang ditetapkan.
Untuk mencapai tujuan secara optimal, guru menempati posisi kunci dan strategis
dalam menciptakan suasana belajar yang kondusif dan menyenangkan (Asep
Herry Hernawan dkk : 9.5).
Dalam mencapai tujuan pembelajaran sering muncul masalah pada siswa adalah
siswa kelihatan tidak aktif dan bosan sehingga prestasinya rendah. Beberapa
faktor yang menyebabkan minat dan prestasi belajar siswa rendah adalah :
- Penjelasan guru bersifat abstrak karena disajikan dengan metode ceramah.
- Guru tidak melibatkan siswa dalam proses pembelajaran dan penemuan informasi.
- Media dan alat peraga yang digunakan kurang tepat.
- Guru kurang memberikan pengalaman nyata.
- Model pembelajaran tidak sesuai dengan karakteristik siswa.
Tujuan dan ruang lingkup Mata Pelajaran
IPA
Mata Pelajaran IPA di SD/MI bertujuan
agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut :
- Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaan-Nya
- Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari
- Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positip dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat
- Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan
- Meningkatkan kesadaran untuk berperanserta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam
- Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan
- Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs.
Ruang Lingkup bahan kajian IPA untuk
SD/MI meliputi aspek-aspek berikut :
- Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan, tumbuhan dan interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan
- Benda/materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi: cair, padat dan gas
- Energi dan perubahannya meliputi: gaya, bunyi, panas, magnet, listrik, cahaya dan pesawat sederhana
- Bumi dan alam semesta meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan benda-benda langit lainnya.
Belajar
Menurut Gagne dan Berliner belajar
menunjukkan kondisi jiwa yang aktif di mana jiwa tidak sekedar menerima
informasi atau materi akan tetapi mengolah dan melakukan transformasi.
Menurut Piaget dan William C. Crain
(1980 : 98) belajar tidak harus berpusat pada guru tetapi anak harus aktif.
Oleh karenanya peserta didik harus dibimbing agar aktif menemukan sesuatu
yang dipelajari. Konsekuensinya materi yang dipelajari harus menarik minat
siswa dan menantang siswa asyik dan terlibat dalam proses pembelajaran. Piaget
mengisyaratkan bahwa kemampuan berpikir anak dan orang dewasa berbeda,
implikasinya bahwa urutan bahan pelajaran dan metode harus menjadi pehatian
utama.
Menurut Cofusius siswa memiliki gaya
belajar yang berbeda-beda seperti ‘saya mendengar maka saya lupa, saya melihat
maka saya ingat, saya melakukan maka saya memahami.’
Alat Peraga
Alat peraga adalah alat-alat yang
dipakai untuk peragaan (merupakan wujud) segala sesuatu yang diterangkan
sehingga anak dapat melihat sendiri ,mendengar, merasakan, dan sebagainya (Budi
nuryanta dkk,1997 :45). Alat peraga fungsinya agar anak tidak verbalisme Alat
peraga merupakan jembatan bagi siswa untuk berpikir abstrak.
John Piaget dalam Abin Samsudin (2003 :
50) perkembangan kognitif anak SD berada pada tahap operasional kongkrit. Pada
usia ini materi pelajaran akan mudah dipahami anak jika menggunakan obyek
kongkrit dan anak terlibat langsung di dalamnya.
Menurut Robert J. Havighurt anak SD
memiliki 4 karakteristik : senang bermain, senang bergerak, senang bekerja
dalam kelompok dan senang melaksanakan atau memperagakan sesuatu secara
langsung.
Sedangkan menurut Vermon A Magnesen
siswa belajar 10 % dari apa yang mereka baca, 20 % dari apa yang mereka dengar,
30 % dari apa yang mereka lihat, 50 % dari apa yang mereka lihat dan dengar, 70
% dari apa yang mereka katakana, 90 % dari apa yang mereka katakan dan
lakukan..
Hal tersebut mengisyaratkan guru untuk
menggunakan alat peraga dan media dalam pembelajaran yang dapat melibatkan
siswa secara aktif dan meningkatkan minat siswa dalam pembelajaran. Alat peraga
atau alat bantu pendidikan memiliki peranan dalam :
- Melaksanakan dasar berpikir kongkrit dan mengurangi verbalisme.
- Memperbesar minat dan perhatian siswa.
- Meletakkan dasar-dasar penting untuk perkembangan belajar sehingga belajar menjadi lebih mantap.
- Memberi pengalaman yang nyata dan dapat menimbulkan kegiatan berusaha sendiri di kalangan siswa.
- Menumbuhkan pikiran yang teratur dan kontinyu.
- Membantu tumbuhnya pengertian perkembangan kemampuan berbahasa.
- Memberi pengalaman-pengalaman yang tidak mudah diperoleh dengan cara lain serta membantu perkembangan efisiensi yang lebih mantap dan mendalam serta keragaman yang lebih banyak dalam belajar.
Minat
Minat
adalah perasaan tertarik pada suatu hal atau aktifitas tanpa ada yang menyuruh.
Hurlock (dalam Puji Lestari Prianto 2005 : 3. ) menyatakan bahwa minat dapat
memperngaruhi prestasi anak. Anak yang berminat pada suatu pelajaran akan
belajar dan berusaha upaya mendapat nilai yang lebih baik. Minat dapat
menimbulkan rasa senang pada setiap kegiatan yang dipilih.
Minat pada dasarnya suatu hubungan
antara diri sendiri dengan sesuatu diluar diri. Makin kuat atau dekat hubungan
tersebut makin kuat dan makin besar minatnya (Tim Pengembangan MKDK IKIP
Semarang 1986 :156).
Menurut Krapp, Hidi ,dan Renninger)
Minat merupakan dorongan dari dalam diri seseorang atau faktor yang menimbulkan
keterkaitan atau perhatian secara selektif yang menyebabkan dipilihnya suatu
objek atau kegiatan yang menguntungkan, menyenangkan dan lama kelamaan
mendatangkan kepuasan dalam dirinya (Pendidikan anak SD)
Minat Pribadi umumnya ditujukan pada
suatu kegiatan khusus yang dipilih seseorang. Minat situasional merupakan minat
yang ditimbulkan oleh kondisi atau faktor lingkungan.Minat sebagai keadaan
psikologia terjadi jika seseorang memiliki penilaian yang tinggi terhadap suatu
kegiatan dan telah memiliki pengetahuan yang tinggi terhadap kegiatan tersebut.
Seseorang akan mengabaikan suatu
kegiatan apabila ia kurang memiliki pengetahuan mengenai kegiatan tersebut atau
kegiatan tersebut kurang memiliki nilai atau memiliki nilai yang rendah bagi
seseorang. Minat berperan penting dalam kegiatan seseorang dan berpengaruh
besar pada tingkah laku dan sikap seseorang.
Menurut Hurlock (1989) ada empat cara
minat mempengaruhi perkembangan anak yaitu sebagai berikut :
- Minat dapat mempengaruhi bentuk dan intensitas aspirasi.
- Minat dapat sebagai pendorong
- Minat berpengaruh pada prestasi
- Minat yang berkembang pada masa anak–anak dapat menjadi minat selamanya.
Perkembangan minat memiliki
karakteristik-karakteristik sebagai berikut :
- Minat berkembang sejalan dengan perkembangan fisik dan mental.
- Minat sangat bergantung pada kesiapan belajar
- Minat bergantung pada kesempatan untuk belajar dan kesempatan untuk belajar bergantiung pada lingkungan serta minat dari anak maupun orang dewasa disekitarnya.
- Perkembangan minat mungkin saja terbatas tergantung dari kemampuan fisik,mental serta pengalaman sosial anak.
- Minat dipengaruhi oleh budaya karena anak belajar dan memperoleh pengalaman melalui keluarga guru ,dan orang dewasa lain yang tidak dapat dilepaskan dari pengaruh budaya.
- Minat dipengaruhi oleh emosi dan suasana hati .Jika suasana hati gundah ,minat pada sesuatu juga berkurang demikianpula sebaliknya.
- Minat bersifat egosentris,hal ini dapat dilihat pada masa kanak-kanak.
Dari bahasan diatas dapat disimpulkan
minat anak pada sekolah bukan hanya dari diri sendiri tetapi juga dari situasi
disekitarnya, terutama guru. Hal ini dapat dimengerti karena ninat seseorang
berkembang melalui proses belajar, dan dalam belajar tidak dapat diabaikan
faktor lingkungan sekitar.
Metode Eksperimen
Metode
Eksperimen adalah cara memberikan kesempatan kepada siswa secara perseorangan
atau kelompok untuk berlatih melakukan suatu proses percobaan secara mandiri
(Pedoman Pelaksanaan PBM di SD 1994/1995 : 47).
Menurut Petunjuk Pelaksanaan KBM
Depdikbud (1995 : 109) metode eksperimen digunakan untuk memberikan kesempatan
kepada siswa melakukan suatu proses baik secara sendiri atau kelompok.
Kelebihan metode eksperimen antara lain siswa akan mendapatkan pengalaman
langsung dari suatu proses pembelajaran.
Hipotesis, Indikator dan Kriteria
Keberhasilan
Semua pernyataan di atas dapat
ditafsirkan sebagai isyarat bagi guru untuk berupaya menyajikan sustu model
pembelajaran yang menarik dan tidak monoton sehingga siswa terangsang untuk
secara sadar aktif dalam proses pembelajaran dan penemuan informasi.
Dengan pertimbangan dan merujuk beberapa pendapat pakar di atas disusun
hipotesis sebagai berikut :
- Penggunaan alat peraga kongkrit dan metode eksperimen dalam pembelajaran materi Pesawat Sederhana akan meningkatkan minat belajar siswa.
- Penggunaan alat peraga kongkrit dan metode eksperimen dalam pembelajaran IPA materi Pesawat Sederhana dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.
Indikator yang digunakan untuk mengukur
peningkatan prestasi belajar siswa adalah keteuntasan siswa terhadap
materi. Siswa tuntas belajar jika menguasai materi 75 % atau lebih. Sedangkan
indikator yang digunakan untuk mengukur minat belajar siswa adalah keterlibatan
siswa secara aktif dalam proses pembelajaran dan penemuan informasi, aktif
dalam kelompok serta penggunaan alat peraga kongkrit, keaktifan siswa dalam
unjuk kerja di kelompoknya melalui diskusi.
Kriteria yang digunakan untuk mengukur
tingkat keberhasilan perbaikan pembelajaran adalah sebagai berikut :
- Proses perbaikan pembelajaran (peningkatan minat siswa) dinyatakan berhasil jika 75 % lebih dari jumlah siswa terlibat aktif dalam proses pembelajaran dan penemuan informasi.
- Proses perbaikan pembelajaran (peningkatan prestasi belajar) dinyatakan berhasil 75 % dari jumlah siswa tuntas belajar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar