Metode jigsaw adalah teknik
pembelajaran kooperatif di mana siswa, bukan guru, yang memiliki tanggung jawab
lebih besar dalam melaksanakan pembelajaran. Tujuan dari jigsaw ini adalah
mengembangkan kerja tim, ketrampilan belajar kooperatif, dan menguasai
pengetahuan secara mendalam yang tidak mungkin diperoleh apabila mereka mencoba
untuk mempelajari semua materi sendirian.
Setiap
siswa yang ada di “kelompok awal” mengkhususkan diri pada satu bagian dari
sebuah unit pembelajaran. Para siswa kemudian bertemu dengan anggota kelompok
lain yang ditugaskan untuk mengerjakan bagian yang lain, dan setelah menguasai
materi lainnya ini mereka akan pulang ke kelompok awal mereka dan
menginformasikan materi tersebut ke anggota lainnya.
Semua siswa dalam “kelompok awal”
telah membaca materi yang sama dan mereka bertemu serta mendiskusikannya untuk
memastikan pemahaman.
Mereka kemudian berpindah ke
“kelompok jigsaw” – dimana anggotanya berasal dari kelompok lain yang telah
membaca bagian tugas yang berbeda. Dalam kelompok-kelompok ini mereka berbagi
pengetahuan dengan anggota kelompok lain dan mempelajari materi-materi yang
baru.
Setelah menguasai materi baru ini,
semua siswa pulang ke “kelompok awal” dan setiap anggota berbagi pengetahuan
yang baru mereka pelajari dalam kelompok “jigsaw.” Seperti dalam “jigsaw
puzzle” (teka-teki potongan gambar), setiap potongan gambar – analogi dari
setiap bagian pengetahuan – adalah penting untuk penyelesaian dan pemahaman
utuh dari hasil akhir
Jigsaw adalah teknik pembelajaran
aktif yang biasa digunakan karena teknik ini mempertahankan tingkat tanggung
jawab pribadi yang tinggi.
Fasilitator dapat mengatur strategi
jigsaw dengan dua cara:
Pengelompokkan Homogen
Instruksi: Kelompokkan para peserta yang memiliki kartu nomor yang
sama. Misalnya, para peserta akan diorganisir ke dalam kelompok diskusi
berdasarkan apa yang mereka baca. Oleh karena itu, semua peserta yang membaca
Bab 1, Bab 2, dst, akan ditempatkan di kelompok yang sama.
Sediakanlah empat kertas lipat,
lipatlah masing-masing menjadi dua menjadi papan nama, berilah nomor 1 sampai 4
dan letakkanlah di atas meja.
Kelebihan: Pengelompokan semacam ini memungkinkan peserta berbagi
perspektif yang berbeda tantang bacaan yang sama, yang secara potensial
diakibatkan oleh pemahaman yang lebih mendalam terhadap salah satu bab. Potensi
yang lebih besar untuk memunculkan proses analisis daripada hanya sekedar
narasi sederhana.
Kelemahan: fokusnya sempit (satu bab) dan kemungkinan akan berlebihan.
Pengelompokkan Hiterogen
Instruksi: Tempatkan para peserta yang memiliki nomor yang berbeda-beda
untuk duduk bersama. Misalnya, setiap kelompok diskusi kemungkinan akan
terdiri atas 4 individu: satu yang telah membaca Bab 1, satu yang telah membaca
Bab 2, dsb.
Sediakanlah empat kertas lipat,
lipatlah masing-masing menjadi dua menjadi papan nama, berilah nomor 1 sampai 4
dan letakkanlah di setiap meja. Biarkan para peserta mencari tempatnya sendiri
sesuai bab yang telah mereka baca berdasarkan “siapa cepat ia dapat”.
Kelebihan: Memungkinkan “peer instruction” dan pengumpulan pengetahuan,
memberikan peserta informasi dari bab-bab yang tidak mereka baca.
Kelemahan: Apabila satu peserta tidak membaca tugasnya, informasi
tersebut tidak dapat dibagi/ didiskusikan. Potensi untuk pembelajaran yang
naratif (bukan interpretatif) dalam berbagi informasi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar